Sementara itu, kompor biomassa dikembangkan oleh Dr. Fadjar Goembira dari Universitas Andalas sejak 2023. Dengan dukungan Yayasan Dana Mitra Lingkungan (DML), teknologi ini akhirnya direalisasikan di pusat pemerintahan Indonesia, tepatnya di Bakso Lapangan Tembak Senayan cabang Setiabudi, Jakarta Selatan.
Ketua Pembina DML, Agustanzil Sjahroezah, menegaskan bahwa sampah bukan hanya persoalan nasional, melainkan juga isu global.
“Sampah berdampak pada lingkungan, energi, kesehatan, bahkan kemiskinan. Teknologi TOSS menurut kami bisa menjadi solusi tuntas karena tidak hanya mengolah sampah, tapi juga memberdayakan masyarakat dan menghadirkan energi terbarukan,” jelasnya.
Tinjauan Langsung
Dalam rangkaian acara, Ma’ruf Amin bersama perwakilan pemerintah dari Kementerian ESDM, Kementerian LHK, BP Taskin, serta Asosiasi Masyarakat Energi Biomassa Indonesia meninjau langsung fasilitas TOSS dan DHYRECS.
Mereka melihat area battery storage yang menampung energi dari olahan sampah organik restoran serta panel surya. Energi ini digunakan untuk mendukung operasional Bakso Lapangan Tembak Senayan.
Selanjutnya, rombongan menyaksikan demo memasak dengan kompor biomassa. Ma’ruf Amin menyebut bahwa teknologi ini bisa menjadi substitusi gas LPG, minyak tanah, dan kayu bakar, khususnya untuk pesantren, wilayah terpencil, dan daerah kepulauan.
Kunjungan diakhiri di shelter TOSS, tempat pemrosesan sampah organik yang diolah melalui biodrying, pencacahan, hingga menjadi pelet biomassa. Dengan teknologi ini, sampah yang biasanya menjadi masalah, kini justru berubah menjadi solusi energi.
BACA JUGA: Ini Rencana Besar MA IPPNU Usai Dapat Arahan dari KH Maruf Amin
Terakhir, Ma’ruf Amin menutup peresmian dengan penuh optimisme. “Mari kita jadikan inovasi ini sebagai bagian dari ketahanan energi dan pangan nasional. Jika dimanfaatkan secara luas, teknologi ini akan membawa manfaat besar bagi Indonesia,” pungkasnya.