Nilai Catur Purusa Artha sebagai Fondasi Pencegahan KKN di Bali

NEGARA INDONESIA, adalah rumah bagi banyak budaya hebat, namun kita terus melawan masalah besar: Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Baru-baru ini, berita buruk tentang korupsi kembali muncul, bahkan sampai mencoreng nama Bali, pulau yang kita kenal sebagai pusat spiritual dan keindahan. Salah satu isu yang sedang hangat dibicarakan yaitu  korupsi dan pembangunan gedung yang terjadi di salah satu kampus swasta di Bali.

Di tengah situasi ini, saatnya kita melihat kembali ajaran-ajaran lama yang bisa menjadi solusi, salah satunya adalah Catur Purusa Artha dari agama Hindu di Bali. Ajaran ini punya empat pilar hidup: Dharma (berbuat benar sesuai kewajiban), Artha (mencari kekayaan yang halal), Kama (menikmati hidup secara wajar), dan Moksa (mencapai ketenangan jiwa).

Artikel opini ini ingin menunjukkan bahwa Catur Purusa Artha adalah benteng budaya yang sangat kuat untuk melawan KKN, terutama di kalangan masyarakat Hindu Bali.

Ajaran ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, khususnya nilai keadilan sosial dan Ketuhanan. Inti ajarannya jelas: Dharma (kebenaran) harus menjadi dasar utama saat seseorang mencari Artha (kekayaan). Jika Artha dicari tanpa peduli Dharma, hasilnya pasti adalah kerusakan moral, yang kita lihat sebagai korupsi.

Kami akan membahas bagaimana menghidupkan kembali pemahaman bahwa berbuat benar harus diutamakan daripada mencari kekayaan dapat mengubah cara pandang kita. Dengan mendahulukan kewajiban moral dan kebenaran spiritual daripada keuntungan pribadi, Catur Purusa Artha memberikan panduan etika berbasis budaya yang efektif untuk memperkuat kejujuran dan integritas, baik bagi masyarakat biasa maupun pejabat publik.

Inilah saatnya membuktikan bahwa untuk memberantas KKN, kita tidak hanya butuh hukum yang keras, tetapi juga kekuatan nilai-nilai luhur yang sudah ada dalam budaya kita sendiri, yang sejalan dengan semangat Pancasila.

Bangsa Hebat Berawal dari Jiwa yang Jujur

Dalam Negeri Pancasila, maraknya praktik KKN menjadi ironi yang menyakitkan bagi Indonesia. Sila “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, yang seharusnya menjadi pedoman moral, justru sering dilanggar oleh tindakan hukum, tetapi juga krisis moral dan integritas bangsa.

Ajaran Catur Purusa Artha dari Masyarakat Hindu Bali bisa menjadi inspirasi dalam menghadapi masalah ini, Dharma mengingatkan kita untuk selalu bertindak benar dan adil, sehingga jabatan dan kekuasaan tidak disalahgunakan. Artha menekankan pencarian kekayaan yang halal, bukan dengan jalan curang.

Kama mengajarkan menikmati hidup secara wajar tanpa keserakahan yang merugikan orang lain. Sedangkan Moksa menuntun manusia mencapai ketenangan jiwa, sehingga integritas dan tanggung jawab lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi atau keluarga.

Untuk memulihkan kepercayaan publik Indonesia membutuhkan revolusi moral berbasis Pancasila dan nilai-nilai Catur Purusa Artha. Pendidikan karakter harus diterapkan sejak dini, bukan hanya teori, tetapi melalui teladan nyata dari para pemimpin.

Penegakan hukum harus tegas tanpa pandang bulu, dan generasi muda harus dibentuk menjadi cerdas sekaligus berintegritas. Saat Pancasila menjadi pedoman moral prinsip Catur Purusa Artha diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Indonesia akan mampu menegakan keadilan, memulihkan martabat bangsa, dan benar-benar bebas dari KKN.

Dharma dan Pancasila: Dua Kompas Moral Bangsa

Dharma dan Pancasila sejatinya bukan sekadar ajaran moral atau simbol idealisme, melainkan dua kompas yang menuntun arah kehidupan bangsa Indonesia. Dalam ajaran agama Hindu, Dharma berarti kewajiban untuk menegakkan kebenaran, menolak ketidakadilan, serta memelihara relasi harmonis antar manusia, alam, dan Tuhan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *