RUANGBICARA.co.id, Jakarta – Pakar transportasi Djoko Setijowarno menilai rencana PT Kereta Api Indonesia (KAI) meluncurkan kereta khusus petani-pedagang dapat menjadi terobosan besar di sektor transportasi dan ekonomi desa.
Menurutnya, langkah ini mampu meningkatkan perekonomian daerah, mengurangi urbanisasi, sekaligus memperlancar distribusi hasil bumi ke kota.
“Selama ini, petani dan pedagang sudah terbiasa menggunakan kereta untuk mengangkut barang dagangan, tetapi kendala kapasitas dan kenyamanan sering terjadi,” kata Djoko, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Minggu (24/8/2025).
BACA JUGA: Gara-Gara Faktor Ini, Pemerintah Makin Pede Targetkan Ekonomi Tumbuh 8 Persen pada 2026
Rencananya, kereta khusus ini akan melayani rute Rangkasbitung–Tanah Abang, dengan pemberhentian di stasiun-stasiun penting seperti Citeras, Maja, Tenjo, Parung Panjang, hingga Kebayoran. Djoko menjelaskan bahwa layanan serupa pernah ada di Indonesia.
“Dulu, PJKA mengoperasikan kereta pasar dan gerbong barang. Bahkan di era Hindia Belanda, ada trem khusus pedagang bernama pikoenlanwagen. Namun, seiring perkembangan KRL Jabodetabek, layanan ini hilang,” jelasnya.
Peluang Ekonomi Besar
Djoko menilai kebutuhan akan transportasi ini sangat tinggi. Setiap hari, petani dan pedagang berangkat sejak pukul 04.00 WIB, membawa hasil bumi seperti pisang, jagung, petai, sayur-mayur, hingga makanan siap saji. Bahkan, sebagian menginap di stasiun agar tidak ketinggalan kereta.
“Kereta khusus ini akan berhenti lebih lama di stasiun strategis, memudahkan bongkar muat, dan mampu membawa barang lebih banyak tanpa mengganggu penumpang umum,” tambah Djoko.
Lebih lanjut, Djoko menyebut program ini tidak hanya menyangkut distribusi barang. “Jika berjalan baik, kereta ini bisa mengurangi urbanisasi, menghidupkan ekonomi desa, bahkan membuka peluang mengangkut ternak,” ujarnya.
Apalagi, pendapatan petani dan pedagang yang saat ini berkisar Rp 250 ribu–Rp 800 ribu per hari diperkirakan bisa meningkat berkat akses pasar yang lebih mudah dan cepat.
Meski demikian, Djoko menekankan perlunya sinergi banyak pihak agar program ini sukses. “Dirjen Perkeretaapian, Pemkab Lebak, dan PT KAI harus bekerja sama. Subsidi, angkutan pengumpan, dan integrasi transportasi sangat diperlukan,” katanya.
Ia juga mendorong pemerintah daerah menyediakan transportasi gratis menuju stasiun, sementara PT KAI menjamin kenyamanan dan keamanan di dalam kereta.
Karena itu, Djoko optimistis jika layanan ini sukses, maka jalurnya bisa diperluas ke daerah lain, seperti Purwakarta–Jakarta, Wonogiri–Purwosari, Rancaekek–Bandung, dan Sukabumi–Jakarta. “Integrasi transportasi desa-kota akan lebih efisien,” tegasnya.