Kolaborasi Strategis
Keberhasilan PT PAL, diakui Ade, tidak lepas dari kerja sama dengan mitra internasional. Beberapa di antaranya yaitu Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) dari Belanda, Babcock dari Inggris, serta Naval Group dari Perancis untuk pembangunan kapal selam Scorpene Evolve.
Selain itu, PT PAL juga menjalin kerja sama dengan TAIS dari Turki dalam pengembangan kapal kombatan. Kolaborasi ini dianggap sebagai langkah penting untuk memperkuat transfer teknologi sekaligus mempercepat kemandirian industri pertahanan Indonesia.
Namun, Ade menilai peran pemerintah tidak harus mencakup semua aspek teknis. Pemerintah cukup berperan sebagai fasilitator, terutama pada urusan sensitif seperti rudal, radar, dan mesin yang membutuhkan jalur kerja sama antar pemerintah (government to government).
“Industri pertahanan bisa saja BUMN, tapi pelaksanaannya sebaiknya dikasih ke swasta. Karena swasta lebih lincah, tidak tergantung APBN,” ungkapnya.
Bagi Ade, pembangunan kekuatan laut tidak cukup hanya dengan memperbanyak jumlah kapal. Ia menekankan pentingnya strategi menyeluruh, termasuk memperkuat Komando Armada III (Koarmada 3), membangun fasilitas pelabuhan, hingga menambah landasan pacu di pulau-pulau strategis.
“Yang realistis adalah perkuat Koarmada 3, bangun LPD, kembangkan galangan,” pungkasnya.
BACA JUGA: Penampakan Kapal Evergreen Bikin Geger Media Sosial, Warganet: Kalo Tenggelam Bikin Ekonomi Tumbang
Di balik cerita panjangnya, PT PAL Indonesia hadir bukan hanya sebagai perusahaan, melainkan sebagai penopang kedaulatan bangsa. Keberadaannya adalah simbol bahwa Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri, menjaga lautan Nusantara dengan kekuatan yang lahir dari dalam negeri.