RUANGBICARA.co.id – Serangan pemberontak Suriah ke Konsulat Iran di Aleppo yang berhasil merebut dua kota besar di Suriah telah memicu ketegangan baru.
Dalam serangan tersebut, seorang jenderal senior Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dilaporkan tewas, memperburuk hubungan antara pemerintah Iran dan kelompok pemberontak.
Faisal Assegaf, seorang jurnalis Jakarta yang dikenal mendalami isu Timur Tengah, memaparkan secara detail peta konflik Suriah melalui akun media sosialnya pada Minggu (1/12/2024).
BACA JUGA:Â Tembus Pertahanan Israel, Begini Spesifikasi dan Sejarah Rudal Hipersonik Iran
Berikut penjelasan yang disampaikannya mengenai kompleksitas konflik di wilayah tersebut.
1. Poros Iran dan Posisi Suriah di Timur Tengah
Suriah, sebuah negara dengan beragam sekte agama seperti Sunni, Syiah, Kristen, dan Druze, berada di bawah kendali rezim Syiah pimpinan Basyar al-Assad.
Karena itu, Damaskus menjadi bagian dari poros Iran yang mencakup Teheran, Baghdad, Sanaa, dan Manama. Poros ini dikenal sebagai kekuatan anti-Zionis dan pro-Palestina, yang otomatis menjadi musuh Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Teluk.
Sejak kejatuhan rezim Saddam Hussein di Irak pada 2003, Baghdad bergabung dalam poros Iran. Hal serupa terjadi pada Yaman setelah pemberontakan Houthi melengserkan Presiden Abdu Rabbu Mansur Hadi pada 2014.
Sementara itu, Bahrain, meski dipimpin rezim Sunni, memiliki mayoritas penduduk Syiah yang menjadikan negara ini juga berada dalam pengaruh Iran.
2. Peran Suriah dalam Konflik Palestina dan Sejarah Perang Arab-Israel
Di bawah pemerintahan Assad, Suriah menunjukkan dukungan kuat terhadap perjuangan Palestina. Negara ini menjadi basis pelatihan bagi kelompok pejuang Palestina dan Hizbullah. Bahkan, hingga 2012, Biro Politik Hamas berkantor di Damaskus.