RUANGBICARA.co.id – Dalam sebuah kerajaan megah, hiduplah seorang Raja Jawa bernama Mulyono bersama anak buahnya, Prabu Bahlul. Suatu hari, Prabu Bahlul mendapat tugas penting dari sang Raja untuk menjaga kendaraan kuning yang sebelumnya ia rampas dari Prabu Langga, seorang pengikut setia Raja Jawa.
Di balik sifatnya yang nyentrik dan lincah, Prabu Bahlul terkenal dengan kekuatannya. Ia mendapat perintah untuk mempertahankan kendaraan tersebut dan mencegah Ratu Banten, Ratu Ajeng Ciomas, dari mengambil alih kekuasaan di Banten.
BACA JUGA:Â Dinasti Politik Banten: Jejak Chasan Sochib yang Mengakar hingga Pilkada 2024
Meskipun, Prabu Bahlul telah berusaha keras, Ratu Ajeng Ciomas, yang cerdas dan memiliki pengaruh besar, berhasil menggoyahkan kekuatan mereka.
Pengaruh Ratu Ajeng Ciomas yang telah bertahan selama dua dekade menjadikan dirinya sosok yang disegani di Banten, meski posisinya berasal dari garis keturunan Pasundan.
Sebagai mantu dari Raja Banten yang sudah lama wafat, Ratu Ajeng Ciomas tetap mempertahankan pengaruhnya hingga sekarang, didukung oleh sanak saudara dan keluarga besarnya.
Selain itu, Ratu Ajeng Ciomas sendiri adalah istri dari Pangeran Rau, putra kesayangan Raja Banten yang ditugaskan mengurusi perekonomian kerajaan.
Perjalanan Ratu Ajeng Ciomas Menguasai Banten
Ratu Ajeng Ciomas pernah memimpin sebuah kadipaten di wilayah Banten yang dekat dengan Jayakarta selama 10 tahun. Setelah itu, ia ditunjuk oleh kerajaan untuk menggantikan keponakannya dalam mengembalikan tahta Banten kepada keluarga besar mereka.
Namun, upaya ini tidak berjalan mulus. Prabu Bahlul, dengan bantuan pasukannya, merampas kendaraan kuning Ratu Ajeng Ciomas. Sehingga, menjadi salah satu hambatan utama bagi sang Ratu dalam mencapai tujuannya.
Walaupun Pangeran Merah dari Lebak hadir dengan kendaraan yang lebih ramping dan cepat, Ratu Ajeng Ciomas tetap merindukan kendaraan kuning kesayangannya. Kendaraan yang telah ia rawat bertahun-tahun tersebut memiliki nilai sentimental tinggi dan menjadi simbol kekuatannya.
