Dengan demikian, banyak yang melihat ini sebagai kembalinya Swift ke nuansa panggung spektakuler setelah periode album yang lebih introspektif.
Sementara itu, perayaan fisik juga tak kalah heboh. Dilansir Reuters, pop-up Spotify di Chelsea, New York, sukses menyedot lebih dari 4.000 pengunjung pada 1–2 Oktober. Antrian panjang mengular sejak pagi, bahkan ada yang membagikan video reaksi ketika memasuki instalasi, lalu membandingkannya dengan peluncuran album Swift sebelumnya.
Namun, seperti biasanya di dunia Swiftie, teori konspirasi dan pesan tersembunyi alias “Easter eggs” kembali jadi incaran. Warganet mencoba menafsirkan clue dari teaser, lirik, hingga publikasi visual yang disajikan.
Meski demikian, tidak semua respons bernada pujian. Beberapa mengkritik promosi album yang dinilai terlalu berlebihan. “Semangat promosi-nya keren, tapi jangan sampai albumnya kemasukan noise lebih dari melodi,” tulis seorang netizen dengan nada satir. Ada pula yang menilai hype visual justru menggeser fokus dari kualitas musik itu sendiri.
BACA JUGA: Lewat Naskah Tungku, Bedah Buku Kelising Angkat Luka Konflik Aceh
Di sisi lain, meme lucu juga ikut meramaikan timeline. Dari parodi “Taylor jadi sutradara musikal sendiri” hingga candaan tentang betapa padatnya line-up di pop-up event, semua menambah warna pada perayaan album terbaru Swift.