RUANGBICARA.co.id, Jakarta – Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, kembali menjelaskan asal-usul nama organisasi relawan yang ia pimpin. Menurutnya, “Projo” bukanlah singkatan dari “Pro Jokowi”, seperti yang banyak diyakini publik selama ini.
Dalam pernyataannya saat Kongres Projo di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2025), Budi menyebut bahwa kata “Projo” memiliki makna mendalam dan berakar dari bahasa kuno.
“Projo itu artinya negeri dalam bahasa Sanskerta, dan rakyat dalam bahasa Jawa Kawi. Jadi kaum Projo adalah kaum yang mencintai negara dan rakyatnya,” ujar Budi Arie.
BACA JUGA: Resmi! Projo Dukung Prabowo, PDIP Beri Tanggapan Ini
Lebih lanjut, Budi Arie menegaskan bahwa Projo tidak memiliki kepanjangan apapun. Menurutnya, istilah “Pro Jokowi” hanya muncul karena kemudahan pelafalan yang digunakan media saat masa kampanye Presiden Joko Widodo.
“Projo memang tidak punya kepanjangan. Cuma teman-teman media sering menyebut Pro Jokowi karena lebih mudah dilafalkan saja,” jelasnya.
Namun, pernyataan ini justru menimbulkan pertanyaan di kalangan publik. Banyak pihak mulai menelusuri apakah benar kata “Projo” berasal dari bahasa Sanskerta seperti yang diklaim Budi Arie.
Tidak Ditemukan
Menariknya, hasil penelusuran Ruang Bicara terhadap kata tersebut dalam “Kamus Bahasa Sansakerta Indonesia” karya Dr. Purwadi, M.Hum dan Eko Priyo Purnomo, S.IP menunjukkan bahwa kata “Projo” tidak tercantum di dalamnya.
Kamus tersebut secara luas menjadi rujukan akademik di berbagai lembaga budaya dan universitas di Indonesia. Namun, meski memuat ribuan entri dari akar kata Sanskerta, tidak ada satu pun yang mengartikan “Projo” sebagai “negeri”.
Dengan demikian, klaim Budi Arie tampaknya belum memiliki dasar linguistik yang kuat jika merujuk pada sumber ilmiah tersebut.
Sebagai informasi, Dr. Purwadi, M.Hum, penyusun utama kamus tersebut, dikenal sebagai pakar budaya Jawa serta penulis lebih dari 200 buku tentang kebudayaan dan sastra Nusantara.
Sementara itu, Eko Priyo Purnomo, S.IP, merupakan akademisi yang turut meneliti bahasa dan politik Jawa klasik. Buku “Kamus Bahasa Sanskerta Indonesia” karya keduanya banyak digunakan di kalangan akademisi dan pegiat budaya sebagai sumber rujukan utama.
Untuk membuktikannya, berikut link untuk melihat Kamus Bahasa Sansakerta Indonesia: Link kamus
Selain membahas makna nama, Budi Arie juga mengumumkan rencana perubahan logo resmi Projo. Menurutnya, langkah ini bertujuan agar organisasi relawan tersebut tidak lagi terkesan mengkultuskan sosok Presiden Joko Widodo.
“Logo Projo akan kita ubah supaya tidak terkesan kultus individu,” tegas Budi Arie.
Saat ini, logo Projo masih menampilkan siluet wajah Jokowi di dalam lingkaran putih dengan kombinasi warna merah dan hitam. Ke depan, Budi memastikan logo baru akan mencerminkan semangat nasionalisme dan inklusivitas.






