Usai Digugat Nasabahnya, Begini Pergerakan Saham BNI Dibanding Bank Lain

BBCA Paling Tertekan

Di sisi lain, saham Bank Central Asia (BBCA) menjadi yang paling tertekan pada perdagangan 19 Desember. Sejak dibuka di level 8.200, saham BBCA langsung bergerak turun tanpa mampu membentuk rebound berarti.

Tekanan jual terus berlanjut hingga saham ini ditutup di level 8.050, atau melemah 1,53 persen, sekaligus menjadi penutupan terendah harian. Pola ini mengindikasikan adanya distribusi saham oleh pelaku pasar.

Dari sisi valuasi, BBCA tercatat memiliki rasio P/E tertinggi dan dividend yield terendah, sehingga relatif lebih rentan terhadap aksi ambil untung saat sentimen pasar melemah.

Gugatan Nasabah

Sebelumnya, di luar pergerakan saham, BNI juga menjadi perhatian setelah digugat oleh nasabahnya, Rian Hidayat (RH), di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan tersebut berkaitan dengan pemblokiran dana proyek senilai Rp6,5 miliar.

Dalam agenda mediasi lanjutan perkara perdata Nomor 642/Pdt.G/2025/PN.JKT.PST pada Rabu (17/12/2025), pihak BNI disebut tidak hadir. Kuasa hukum RH, Krisna Dwi Safitri, menyatakan ketidakhadiran BNI membuat proses mediasi tidak berjalan efektif.

“Dari lima tergugat, hanya PT Global Jaya Raya yang hadir. Pihak BNI tidak datang dan tidak memberikan konfirmasi,” ujarnya.

Selain itu, kuasa hukum RH lainnya, Meitha Wila Roseyani, menjelaskan bahwa dana kliennya diblokir saat pencairan termin kedua proyek, meski sebelumnya BNI disebut menjamin rekening tersebut tidak akan dikaitkan dengan kewajiban pihak lain.

Secara keseluruhan, perdagangan saham perbankan pada 19 Desember 2025 menunjukkan kontras yang jelas. BMRI tampil sebagai saham dengan performa terbaik, BBRI bertahan dalam fase konsolidasi, BBNI mengalami tekanan jual meski masih menarik secara valuasi, sementara BBCA menjadi yang paling lemah secara pergerakan harian.

BACA JUGA: Dana Rp 6,5 Miliar Diduga Raib dari Rekening, Nasabah Gugat BNI ke Pengadilan

Perbedaan ini menegaskan bahwa meskipun berada dalam satu sektor, respons pasar terhadap masing-masing emiten sangat ditentukan oleh kombinasi faktor teknikal, valuasi, serta sentimen yang berkembang di pasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *