Lebih lanjut, bekas suntikan pada tubuh ayam, terutama di bagian dada atau bawah sayap, dapat menjadi indikasi bahwa ayam telah diisi cairan tambahan. “Jika diperhatikan lebih detail, akan terlihat titik bekas suntikan yang membuat ayam tampak lebih besar,” jelasnya.
Dampak dan Bahaya
Daging ayam gelonggongan tidak hanya merugikan konsumen secara ekonomi tetapi juga berisiko terhadap kesehatan. Hasudungan menegaskan bahwa saat ayam semacam ini dimasak, baik direbus maupun digoreng, biasanya akan mengalami penyusutan drastis.
“Jika digoreng, akan muncul cipratan air berlebih, yang menunjukkan kadar airnya terlalu tinggi,” ujarnya.
Lebih berbahaya lagi, daging ayam gelonggongan berpotensi mengandung bakteri berbahaya. “Jika air yang disuntikkan terkontaminasi bakteri Escherichia coli, maka dapat menyebabkan diare atau infeksi saluran pencernaan,” imbuhnya.
Cara Memilih
Untuk memastikan daging ayam yang dibeli berkualitas baik, Hasudungan menyarankan beberapa langkah sederhana. Pertama, periksa tekstur daging.
“Daging ayam segar harus terasa kenyal dan elastis. Saat ditekan dengan jari, daging akan kembali ke bentuk semula dengan cepat,” ungkapnya.
Kedua, perhatikan warna dan bau daging. “Ayam segar tidak memiliki darah mengering di permukaannya dan suhunya masih hangat karena baru saja dipotong. Baunya juga tidak terlalu amis,” jelasnya.
Sebagai langkah pencegahan, Hasudungan mengimbau masyarakat yang menemukan praktik penjualan ayam gelonggongan untuk segera melaporkannya ke Dinas KPKP DKI Jakarta atau Suku Dinas di masing-masing wilayah.
BACA JUGA:Â Pastikan Layanan Angkutan Lebaran 2025 Optimal, KAI Daop 6 Yogyakarta Gelar Rampcheck
“Dengan pengawasan bersama, kita bisa menciptakan pangan yang lebih aman dan sehat bagi masyarakat,” tandasnya.