Momentum Digitalisasi
Dalam pandangan HSBC, perubahan perilaku nasabah menuju layanan digital dan personalisasi investasi menjadi momentum penting untuk memperkuat daya saing.
Bank asal Inggris tersebut terus berinovasi dalam menghadirkan solusi keuangan berbasis teknologi yang mampu menjawab kebutuhan nasabah modern.
Sebelumnya, pemerintah juga mengumumkan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 4,75 persen pada September 2025. Kebijakan ini diharapkan memperluas akses pembiayaan, mendorong konsumsi, serta mempercepat penyaluran kredit ke sektor riil.
Namun, Lanny menilai efek kebijakan makroekonomi tidak dapat dirasakan secara instan oleh semua segmen industri perbankan.
“Saat ini I think we continue to monitor gitu ya, maksudnya kan banyak juga kalau melihat kebijakan-kebijakan yang baru dan I think akan perlu waktu ya untuk meng-lend some of initiative yang pemerintah ingin lakukan. Dan menurut saya tidak ada yang instan gitu kan, perlu waktu untuk melihat progress dari kebijakan itu,” jelasnya.
Lanny menambahkan, setiap stimulus pemerintah membawa efek berantai yang membutuhkan waktu untuk menjangkau seluruh lapisan industri. Oleh karena itu, HSBC akan terus mencermati arah kebijakan fiskal dan moneter guna menyesuaikan strategi pengelolaan portofolio nasabah.
Dengan kondisi likuiditas perbankan yang semakin longgar dan suku bunga yang lebih rendah, HSBC tetap optimistis sektor perbankan nasional dapat menjaga stabilitas di tengah dorongan ekspansi kredit.
“Bagi kami, fokus utama tetap pada bagaimana menjaga kepercayaan nasabah dan memberikan solusi keuangan yang relevan dengan kebutuhan mereka,” tutup Lanny.
BACA JUGA: Tampil Keren Saat Hujan? Ini 20 Jas Hujan Paling Trendy untuk Semua Aktivitas
Meski pemerintah menyalurkan stimulus besar kepada Himbara, bank-bank swasta seperti HSBC tetap tenang. Di tengah banjir likuiditas, persaingan tak lagi soal siapa yang paling besar, melainkan siapa yang paling dipercaya oleh nasabahnya.












