RUANGBICARA.co.id – Metode experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman kini menjadi perhatian penting dalam dunia pendidikan. Pendekatan ini menekankan pentingnya keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar melalui pengalaman langsung.
Tidak hanya itu, anak juga diajak untuk merenung, memahami, dan menerapkan pelajaran tersebut dalam kehidupan nyata.
Menurut jurnal “Penerapan Experiential Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional pada Peserta Didik” karya Maharani Umami Rasyidin & Elia Flurentin (2024), experiential learning tidak hanya mengandalkan teori, tetapi juga kegiatan langsung.
BACA JUGA: Tips Dapat UKT Ringan di Jalur Mandiri UNSRI 2025, Nomor 3 Sering Diabaikan atau Memang Gak Paham
Anak-anak belajar dengan cara merancang, mengalami, menganalisis, hingga menerapkan pengetahuan baru yang mereka peroleh.
Agar proses ini berjalan optimal, ada lima tahapan utama yang perlu diterapkan oleh guru dan orang tua:
1. Concrete Experience
Anak diajak terlibat langsung dalam suatu aktivitas yang nyata, seperti bermain peran, eksperimen sederhana, atau proyek kelompok.
2. Observation
Setelah itu, anak mengamati situasi atau perilaku. Ini bisa melalui media seperti film, buku cerita, atau melihat langsung bagaimana orang lain bertindak dalam suatu kondisi.
3. Reflection
Langkah penting berikutnya adalah merenungkan pengalaman yang baru saja dilalui. Anak diajak berpikir kritis tentang apa yang terjadi, bagaimana perasaannya, dan apa yang bisa dipelajari.
4. Abstract Conceptualization
Dari refleksi itu, anak mulai menyusun pemahaman atau konsep baru. Mereka mulai mengerti makna dari suatu tindakan atau peristiwa yang telah dialami.
5. Implementation
Terakhir, anak menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mencoba menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih baik atau lebih memahami perasaan temannya.