Jakarta – Dalam kunjungan kerja Komisi X DPR RI ke Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Jambi pada Kamis (8/5/2025), anggota Komisi X DPR RI, Juliyatmono, menyampaikan usulan penting. Ia mengusulkan agar gaji guru di Indonesia dinaikkan hingga Rp25 juta per bulan.
Usulan tersebut, menurutnya, merupakan langkah strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Ia meyakini bahwa kesejahteraan guru memainkan peran kunci dalam keberhasilan sistem pendidikan.
“Gaji guru standarnya harus Rp25 juta per bulan. Ini bukan sekadar angka, tapi dorongan agar minat menjadi guru meningkat,” tegas Juliyatmono, dikutip Senin (12/5/2025).
BACA JUGA: Ekonom Sebut Dominasi Asing Bisa Semakin Kuat Jika GoTo dan Grab Merger
Lebih lanjut, Juliyatmono membandingkan kondisi guru di Indonesia dengan di negara maju seperti Finlandia dan Korea Selatan.
Di kedua negara tersebut, guru mendapatkan gaji setara dengan para profesional lainnya serta memperoleh pelatihan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, ia mendorong agar Indonesia dapat meniru sistem penghargaan terhadap guru yang diterapkan negara-negara tersebut.
Dengan demikian, menurutnya, profesi guru akan lebih dihargai dan generasi muda akan lebih terdorong untuk mengabdi di dunia pendidikan.
Selain soal gaji, Juliyatmono juga menyoroti pemanfaatan anggaran pendidikan yang saat ini mencapai 20% dari APBN. Namun, ia menilai anggaran tersebut belum digunakan secara fokus.
Karena itu, ia menyarankan agar pemerintah mengalokasikan anggaran khusus sebesar 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kesejahteraan guru.
“Anggaran kita tersebar, tidak fokus. Spending 2% dari PDB khusus untuk guru bisa menjangkau kebutuhan mereka,” ujarnya dengan tegas.
Tak hanya itu, Juliyatmono juga menekankan bahwa pendidikan merupakan jalan paling efektif untuk memutus rantai kemiskinan. Ia mengutip data dari BPS yang menunjukkan bahwa keluarga dengan pendidikan minimal SMA memiliki risiko lebih rendah untuk hidup dalam kemiskinan ekstrem.
“Guru adalah pondasi peradaban. Tanpa penghargaan yang layak, kita tidak bisa berharap banyak dari sistem pendidikan,” pungkas politisi Partai Golkar itu.









