ABKLI Percepat Adopsi Baterai dan Kendaraan Listrik di Indonesia

Ruangbicara.co.id – Dunia bergerak cepat menuju era kendaraan listrik, dan Indonesia tidak ingin tertinggal. Firdaus Kumarno, Ketua Harian Asosiasi Baterai & Kendaraan Listrik Indonesia (ABKLI), menegaskan pentingnya ABKLI hadir untuk menjawab tantangan di industri ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Misi ABKLI: Menjembatani Kepentingan Industri dan Pemerintah

Firdaus mengatakan bahwa ABKLI hadir dengan misi spesifik: menjembatani dan memperjuangkan kepentingan industri, pemerintah, dan masyarakat agar adopsi kendaraan listrik dapat berjalan lebih lancar. Mereka juga fokus mendorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta mempercepat pembangunan infrastruktur charging station.

“Kita sudah memiliki Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 tahun 2019 yang mengatur penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai. Namun, implementasinya masih jauh dari harapan. Industri motor listrik baru berkembang sekitar 30-40 persen, masih banyak pekerjaan yang harus kita lakukan. ABKLI hadir dengan misi memperjuangkan kendaraan listrik,” ujar Firdaus Kamis, 18 Juli 2024.

Firdaus Kumarno memiliki pengalaman luas di bidang transportasi, termasuk tujuh tahun di Kementerian Perhubungan sebagai Ketua Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan. Pengalaman ini mendorongnya untuk memajukan industri kendaraan listrik dan baterai di Indonesia.

Baca Juga : ABKLI, Jembatan Strategis Industri Baterai dan Kendaraan Listrik Indonesia

ABKLI mendapat dukungan dari tokoh-tokoh berpengaruh di bidang energi dan industri nasional. Tokoh-tokoh seperti Henkie Leo (Ketua Umum), Bambang Soesatyo, Junaidi Elvis, Milton Pakpahan (Dewan Pembina), serta Eniya Listiani Dewi dan Diaz Hendropriyono (Dewan Penasihat) menjadi tulang punggung organisasi ini. Kehadiran mereka memberikan harapan besar akan percepatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia.

Potensi Besar Indonesia dalam Produksi Baterai

Firdaus menyoroti potensi besar Indonesia dalam produksi baterai. “Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kita bisa menjadi produsen baterai terkemuka dan memenuhi TKDN,” ujarnya dengan optimisme. “Kita tidak ingin saat industri kendaraan listrik berkembang, baterainya masih harus diimpor. Ini saatnya kita berdikari.”

Baca Juga : IEMS 2024, Wujud Nyata Apresiasi Kepada Industri EV

Dengan menargetkan tahun 2050-2060 untuk mencapai nol emisi, Indonesia telah meratifikasi ketentuan Paris Agreement. Firdaus menegaskan, “Salah satu cara mencapainya adalah dengan beralih dari bahan bakar fosil ke baterai. Ini bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang masa depan ekonomi kita.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *