Selain itu, beliau juga rutin mengikuti pengajian setiap minggu ke Abuya Dimyathi Cidahu, sehingga hubungan keilmuan yang telah terjalin sejak masa mondok di Kaliwungu tetap terjaga.
Teladan yang Abadi
Meskipun tidak setenar kyai-kyai besar lainnya, Abah Syukaris dikenal sebagai sosok yang tidak membeda-bedakan siapa pun. Setiap orang yang datang untuk silaturahim atau meminta doa selalu disambut dengan penuh ketawadhuan. Oleh karena itu, banyak orang merasa nyaman saat bertemu dengannya.
Guru-guru lain yang turut berperan dalam perjalanan keilmuannya antara lain Abuya Abdul Salam, Abuya Yusya’, Mama Ajeungan Bakri, Mbah Mashduqi, Mbah Ma’shum bin Ahmad, Abuya Damanhuri, Abah Dulhadi, Abah Antok, Syeikh Zaenudin Baweyan, dan Syeikh Ismail al-Yamani.
BACA JUGA:Â Bukan 1 Maret, Kampung Ini Tetapkan Awal Puasa Ramadhan Tanggal Segini, Beda dengan NU dan MU
Dengan demikian, warisan ilmu dan ketawadhuan Abah Syukaris tetap hidup di hati para santri dan masyarakat sekitar. Kisahnya menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan spiritual masyarakat Banten.
Waallahu a’lam.






