RUANGBICARA.co.id – Akhir pekan ini, masyarakat Indonesia akan menyaksikan fenomena alam langka yang memikat perhatian banyak orang. Pada Minggu, 7 September 2025, gerhana bulan total dipastikan akan terlihat di sejumlah wilayah Indonesia.
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, mengonfirmasi peristiwa ini. Ia menjelaskan bahwa gerhana bulan total terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada satu garis lurus. Posisi tersebut membuat Bumi menghalangi sinar Matahari yang biasanya memantul ke Bulan.
BACA JUGA:Â Bukan Hoax! Gerhana Matahari Total Benar Akan Terjadi, Tapi Indonesia? Orang Ini Ungkap Faktanya
Selain itu, Kepala BMKG Setyoajie Prayoedhie menuturkan bahwa gerhana kali ini akan berlangsung cukup lama. Dari fase awal (P1) hingga fase akhir (P4), durasi gerhana mencapai 5 jam 29 menit 48 detik. Sementara itu, fase ketika Bulan sepenuhnya tertutup umbra Bumi hanya sekitar 1 jam 22 menit 6 detik.
Dalam kondisi itu, cahaya biru Matahari terhambur oleh atmosfer Bumi, sehingga hanya gelombang panjang (merah) yang sampai ke permukaan Bulan. Akibatnya, Bulan tampak berwarna merah yang dikenal sebagai Blood Moon.
Amalan yang Dianjurkan
Bagi umat Islam, fenomena gerhana bukan sekadar tontonan alam. Terdapat amalan yang dianjurkan, yaitu shalat gerhana atau shalat khusuf. Amalan ini disebut sebagai sunah muakkadah, yakni ibadah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan.
Menurut riwayat yang dikutip dari NU Online, beberapa ulama berpendapat shalat gerhana sebaiknya dilakukan secara berjamaah di masjid. Namun, pendapat berbeda datang dari Mazhab Hanafi dan Maliki yang menganjurkan shalat gerhana dilakukan secara sendiri di rumah.
Mazhab Hanafi berpendapat shalat gerhana dikerjakan dua rakaat seperti shalat sunah lainnya, sementara Mazhab Maliki menganjurkan pelaksanaannya berulang-ulang hingga gerhana berakhir.
Tata Cara
Secara umum, shalat gerhana dilakukan dengan dua rakaat. Berikut tata cara pelaksanaannya:
