RUANGBICARA.co.id – Fakta bahwa D.N Aidit dan Muso sebagai gembong PKI yang telah banyak membunuh para kiyai dan jenderal di negeri ini membuat saya sulit untuk percaya kalau klan Baalwi itu adalah keturunan Baginda Rasulullah Saw, mengingat Aidit dan Muso adalah dua manusia biadab dari klan Baalwi.
Belum lagi fakta lainnya, yaitu Fachrul Barakbah dan Sofyan Barakbah, kedua tokoh ini juga adalah tokoh komunis dari klan Baalwi. Ada juga M Ali Hinduan manusia biadab yang telah membunuh pasutri yang sedang sholat di Banyuwangi Jawa Timur,
Pemimpin majelis sholawat yang menjual nama Kanjeng Nabi untuk mengeruk rupiah juga dari klan Baalwi. Ada juga Toha bin Yahya juga dari klan Baalwi, menambah daftar manusia biadab lainya yang meniduri jamaah perempuannya di Cirebon Jawa Barat.
Pemilik diskotik Tanamur juga di era tujuh puluhan konon dari Klan Baalwi juga. Termasuk penyebar hoax di medsos (MCA) juga dari marga Alhabsyi, menurut Kiyai Haji Said Aqil Siraj.
Fakta-fakta di atas inilah yang membuat saya sulit untuk percaya bahwa mereka warga Baalwi adalah Dzurriyah Nabi Saw. Ya, karena dalam pemahaman sederhana saya, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Yakni, kalau benar seseorang itu keturunan Nabi Muhammad Saw, maka darah suci Nabi Saw akan membentuk orang tersebut menjadi manusia bermartabat.
Menurut saya menisbatkan mereka orang-orang yang disebut di atas sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw adalah penistaan terhadap baginda Rasulullah Saw manusia suci kekasih Allah Swt.
Apalagi jika menakar klan Baalwi dengan menggunakan tesis sang pembebas perbudakan spiritual Kiyai Imaduddin al-Bantani atau menggunakan pendekatan tes DNA, maka akan semakin sulit untuk mengimani Baalawi adalah keturunan Rasulullah Saw.
BACA JUGA: Melawan Perbudakan Spiritual
Satu satunya jalur agar klan Baalwi bisa diterima sebagai dzurriyyah Rasulullah Saw adalah jalur khusnudzon. Dan tentu saja khusnudzon itu bukan dalil. Sedangkan dakwa-an tanpa dalil adalah tertolak.
Pandangan Abuya Muhtadi Cidahu Banten
Pada hari selasa tanggal 11 Dzulhijjah 1445 H. Saya bersama kiyai Syarifudin dari Kota Cilegon Banten dan beserta seorang menantu beliau, murid Abah Kiyai Haji Jamhuri Merak. Sowan ke kediaman Abuya Muhtadi di Cidahu Pandeglang Banten. Kami diterima beliau setelah waktu asar di ruang tamu ndalem beliau.
Pada kesempatan itu saya dimohon kiyai Syarifudin agar menanyakan pendapat Abuya Muhtadi tentang Kiyai Imaduddin Ustman perihal kajian nasab Baalwi yang digaungkan di publik.
Beliau, Abuya Muhtadi dengan suara keras dan lantang mengatakan : “Habaib itu gebleg!! Rizik Shihab gebleg, Lutfi bin Yahya gebleg! makanya istrinya meninggal, baru nyadar dia (Lutfi bin Yahya). Lutfi bin Yahya itu NU tapi bukan Nahdhatul Ulama sama kaya kamu! (sambil menunjuk kemuka saya).
Beliau menerangkan bedanya NU dan Nahdlatul Ulama adalah seperti ayam negeri dan ayam kampung. Beliau juga mempersilahkan saya untuk menyebarkan statement beliau bahwa habaib itu gebleg.
Sebagai warga Banten, saya ikut Kiyai-nya Banten. Dan Abuya Muhtadi adalah Kiyai sekaligus Pakunya Banten. Ada sebuah ungkapan dalam kitab al-inshof fi bayani sababi al-ikhtilaf karya Waliyullah ad-Dahlawi :
مذهب العامي فتوى مفتيه